Nama : Ayu sri purwati
Nim :01223078
Prodi :Manajemen C
Jawaban :
1.Ekonomi Makro muncul sebagai cabang yang terpisah dan berkembang dari Ekonomi Mikro karena kebutuhan untuk memahami dan menangani isu-isu yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan, terutama setelah beberapa kejadian ekonomi besar yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya oleh teori ekonomi mikro.
Selama Depresi Besar, pemerintah dan ekonom mulai menyadari bahwa diperlukan analisis lebih komprehensif mengenai bagaimana kebijakan pemerintah dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah dan perpajakan) dan kebijakan moneter (pengaturan jumlah uang beredar dan suku bunga) menjadi fokus utama dalam usaha untuk menstabilkan perekonomian.
2. Dikotomi Klasik adalah konsep dalam teori ekonomi klasik yang memisahkan analisis ekonomi menjadi dua bagian yang berbeda: sektor riil dan sektor moneter. Menurut pandangan ini, variabel-variabel moneter seperti tingkat harga dan jumlah uang beredar tidak mempengaruhi variabel-variabel riil seperti output, tingkat pengangguran, dan produksi. Sebaliknya, variabel-variabel riil ditentukan oleh faktor-faktor riil seperti teknologi, jumlah tenaga kerja, dan sumber daya alam. Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana dikotomi klasik ini mempengaruhi analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi.
3. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi suatu negara. Namun, ada beberapa alasan mengapa pendapatan per kapita tidak selalu mencerminkan kesejahteraan masyarakat secara akurat.
endapatan per kapita adalah alat yang berguna untuk memberikan gambaran umum tentang kondisi ekonomi suatu negara, tetapi memiliki keterbatasan yang signifikan dalam mencerminkan kesejahteraan masyarakat. Untuk analisis yang lebih akurat tentang kesejahteraan, diperlukan penggunaan indikator tambahan yang mempertimbangkan aspek distribusi pendapatan, biaya hidup, akses ke layanan publik, kualitas hidup, dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan.
4. Koefisien Gini yang berkisar antara 0,31 hingga 0,41 menunjukkan bahwa ada ketimpangan pendapatan di Indonesia, namun tidak pada tingkat yang ekstrem. Ini memberikan indikasi bahwa meskipun ada sejumlah orang yang memiliki pendapatan lebih tinggi, distribusi pendapatan di Indonesia cukup bervariasi.
Namun, untuk memahami tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya, perlu melihat indikator lain selain rasio Gini. Indikator seperti pendapatan per kapita, tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), akses ke layanan kesehatan dan pendidikan, serta kualitas lingkungan hidup juga harus dipertimbangkan. Dengan melihat berbagai indikator ini secara bersamaan, analisis kesejahteraan masyarakat dapat menjadi lebih komprehensif dan akurat.
5. Masalah Jangka Pendek Naik turunnya kurs Dollar terhadap Rupiah (a) dan kenaikan harga pangan dan BBM yang mengakibatkan kenaikan pada laju inflasi (c).
masalah jangka panjang Ketimpangan neraca pembayaran Indonesia (b) dan kegagalan program Keluarga Berencana yang mengakibatkan tingginya pertumbuhan penduduk di tahun-tahun berikutnya (d).
6. Dengan upah Rp 500.000,00, kita asumsikan bahwa pengeluaran tambahan juga akan mengikuti pola sebelumnya, di mana kenaikan upah sebagian besar digunakan untuk pengeluaran tambahan, tetapi juga meningkatkan tabungan.
Pertama, kita lihat pola pengeluaran dan tabungan saat upahnya Rp 400.000,00:
Upah = Rp 400.000,00
Pengeluaran = Rp 350.000,00
Tabungan = Rp 50.000,00
Untuk upah Rp 500.000,00:
Upah = Rp 500.000,00
Pengeluaran tetap diperkirakan Rp 350.000,00 (pengeluaran tetap + proporsi tambahan).
Perlu kita periksa berapa tambahan pengeluaran saat upah naik:
Tambahan upah = Rp 500.000,00 - Rp 400.000,00 = Rp 100.000,00
Jika pengeluaran saat ini adalah Rp 350.000,00, pengeluaran tambahan sebesar Rp 100.000,00 ini tidak mungkin seluruhnya digunakan untuk pengeluaran tambahan karena proporsi tabungan yang ada.
Jika pengeluaran dasar adalah tetap Rp 150.000,00 (tidak berubah), tambahan upah seluruhnya masuk ke tambahan tabungan jika pola sama seperti sebelumnya:
Tambahan tabungan dari Rp 500.000,00 = Rp 500.000,00 - pengeluaran tetap Rp 450.000,00 = tabungan Rp 50.000,00.
Jadi, tambahan upah Rp 100.000,00 memberikan tambahan tabungan karena pengeluaran tetap:
Tabungan Rp 100.000,00 - Rp 50.000,00 = Rp 50.000,00 tambahan tabungan.
finalnya besaran tabungan jika upah sebesar Rp500.000.00
Pengeluaran = Rp 350.000,00
Sisa untuk tabungan: Rp 500.000,00 - Rp 450.000,00 = Rp 100.000,00
Jadi, besarnya tabungan Tuan A jika upahnya meningkat menjadi Rp 500.000,00 per bulan adalah sebesar Rp 100.000,00.
7. Besarnya pendapatan (Y) = Rp 200.000,00
Fungsi tabungan (S) = -20.000 + 0,5Y
Kita substitusi pendapatan (Y) ke dalam fungsi tabungan (S):
𝑆=−20.000+0,5𝑌S=−20.000+0,5Y
Substitusi Y = Rp 200.000,00:
𝑆=−20.000+0,5(200.000)S=−20.000+0,5(200.000)
𝑆=−20.000+100.000S=−20.000+100.000
𝑆=80.000S=80.000
Komentar
Posting Komentar